Kamis, 10 Januari 2019

Same Road, Same Route, Different Story

Buat saya, jalanan by pass, terutama jalur dekat bea cukai adalah jalur yang tidak asing lagi. Saya telah melewati jalan itu berkali-kali.

Jika dihitung dari pertama kali saya numpak motor, mungkin sudah ratusan atau bahkan ribuan kali saya melewati jalur tersebut.

Saking hapalnya jalur tersebut, saya cukup hapal dengan beberapa rintangan seperti langganan lobang yang biasa ternganga.

Tidak hanya lobang jalan, positioning polisi jika menggelar razia di kisaran situ pun saya juga cukup paham.

Dan saya sadari, ada ribuan pengendara lain, baik motor ataupun mobil yang juga hapal jalur tersebut.

Ada ribuan pengendara lain, baik motor maupun mobil, yang rutin melewati jalur itu setiap harinya. Jauh lebih kerap dibandingkan saya.

Namun cerita melewati jalur tersebut bisa jadi berbeda di satu waktu. Seperti cerita pak Fulan, yang pagi ini mengalami kecelakaan lalu lintas di jalur lambat samping pintu masuk tol by pass sebelum bea cukai.

Saya sendiri tidak begitu paham detail kejadiannya seperti apa. Yang saya tahu, ketika saya lewat jalur lambat tersebut, sosok pak Fulan sudah terjerembab di taman bawah jalan tol, dengan motor tergeletak di pinggiran trotoar tidak jauh dari dia.

Biasanya, jika ada kecelakaan lalu lintas, saya memutuskan untuk melaju saja, karena seringkali saya tidak banyak bisa membantu korban yang sudah dikerubungi banyak orang.

Tapi kali ini saya memutuskan untuk menepi karena terlihat belum banyak orang yang bisa menolong korban.

Setelah saya menepi, tampak bapak Fulan sudah mampu berdiri tapi belum banyak bergerak.

Dua orang pemuda yang sudah inisitif menolong lebih dulu juga tampaknya sudah melihat kondisi pak Fulan.

Setelah tampak pak Fulan sudah bisa berdiri, dua pemuda ini coba menyeberangkan motor yang teronggok di bahu kenan jalan, diseberangkan ke bahu kiri jalan.

Saya coba ambil bagian membantu menyeberangkan pak Fulan ini ke bahu kiri jalan.

Tampak bapak Fulan ini adalah pegawai kantor yang biasa lewat jalur tersebut. terlihat dari pakaian kemeja dan celana bahan di balik jaket hujan lengkap yang kini penuh tanah.

Setelah minum sebotol air mineral, tampak pak Fulan ini sudah cukup sadar se-fuck up apa kondisi dia sekarang, terutama kondisi motor nya.

Motor dia jelas dalam kondisi kenapa-kenapa. Blok gigi nya pecah, olinya bocor, dan kemungkinan tangki bensinnya juga bocor.

Jelas, selain pak Fulan terhalang untuk berangkat ke kantor secara tepat waktu, bakal ada biaya besar yang perlu dikeluarkan pak Fulan agar motor nya bisa beroperasi kembali.

Jalan yang sama, rute yang sama, cerita yang berbeda. Itulah yang pak Fulan rasakan pagi ini. Dan mungkin itu yang akan kita alami di pagi yang lain.

Bukan artinya kita akan kecelekaan, belum tentu juga. Tapi untuk hal yang kita ulangi setiap hari, belum tentu memiliki output yang sama, belum tentu memiliki makna yang sama.

Janganlah untuk hal yang biasa kita laksanakan keseharian, muncul rasa sombong dalam hati kita bahwa semuanya bakal gak kenapa-kenapa.

Percaya diri boleh, Berdoa yang baik-baik harus, menafikan peran Tuhan dan memunculkan rasa sombong jangan.

Same road, same route, and there's still probability the outcome is different story.

Selasa, 01 Januari 2019

Pra Pembuka Tulisan Seri Umroh

bismisllahirrohmanirrahim, dengan nama Allah, Maha Pemurah Maha Penyayang

apa kabar semua? alhamdulillah sekarang udah memasuki tahun 2019. bagaimana perjalanan tahun 2018 kawan semua? semoga kemarin, sekarang dan ke depan, semua yang di hajatkan teman-teman bisa dimudahkan ya.

buat saya sendiri tahun 2018 adalah tahun perubahan saya. kenapa? karena ada satu kejadian besar dalam hidup saya, yaitu meninggalnya bapak saya.

tahun 2018 saya buka dengan cukup manis dan terkenang. pada waktu itu, saya sedang liburan bersama keluarga di magetan.

banyak sekali kenangan indah bermain bersama seluruh keluarga menginap di rumah yang kami kontrak selama sebulan.

ruahnya cukup luas, tapi bangunan tua dan interior rumah jawa jaman dulu yang sederhana. wah, seru deh waktu ujan. karena atapnya ada yang bolong, maka pernah tuh banjir rumahnya. terus waktu diserbu 10 pleton laron, wuih.

kenangan tersebut semakin manis karena pada waktu itu, saya sudah mulai islah dengan bapak saya.

bapak saya mulai menerima resign nya saya dari PNS dan mendukung langkah saya berbisnis di area internet marketing.

ditambah kelahiran cucu terakhir yang sempat ia lihat, dan itu adalah anak ketigaku, ibrahim. ibrahim tampak menjadi kesayangan dari kakek.

masih teringat dengan jelas sejumlah telepon dari bapak menanyakan kabar kami selama liburan di magetan.

ketika kami pulang pun, berkali kali bapak nelpon nanya sudah sampai dimana. bahkan beliau menawarkan untuk menjemput kami ketika bis kami sampai jakarta.

dan benar, walaupun sepulang liburan sampai jakartanya tengah malam, mejelang subuh bahkan, bapak bersama enyak benar menjemput kami.

well, i will never forget that memory. i will treasure that.

-berlanjut-