Jumat, 31 Mei 2013

Pengingat Diri

kali ini tulisan saya ditujukan untuk diri saya sendiri. sebuah pengingat diri yang sekarang pada diri di masa depan.. dimana diri yang sekarang adalah entitas yang sama dengan diri di masa depan.

saya yang sekarang adalah bentukan dari saya di masa lalu. dan saya di masa depan adalah bentukan dari diri saya sekarang. kau hanya menuai apa yang kau tanam.

diantara sekian banyak mimpi yang saya buat, diantara sekian banyak emengan yang saya ucap, diantara sekian banyak fantasi yang saya cipta, satu hal yang benar-benar saya inginkan, menjadi penulis.

maka logikanya, kalau setahun lagi saya mau merasa cukup puas dengan ikhtiar saya menjadi penulis, maka sedari sekarang saya harus memulai ikhtiar saya. kalau sedari hari ini saya gak mulai ikhtiar saya, maka setahun lagi, saya akan menyesali kelakuan saya hari ini.

dan potensi-potensi kekecewaan saya di masa depan sudah mulai muncul tanda-tandanya. darimana tandanya? sederhana saja, cek aja postingan blog saya sekarang ini. adakah saya cukup produktif berlatih menulis? sudahkah saya aktif mendekatkan kondisi diri saya ke arah cita-cita saya?

sebenarnya pada hari ini saya harus memuji diri saya yang setahun lalu. berkat diri saya yang setahun lalu berani memulai aktif menulis, maka sekarang saya sudah punya seratusan tulisan pada blog saya. seratus langkah mendekat ke arah cita-cita saya sebagai penulis. seratus langkah, yang mungkin masih tersisa sejuta langkah lagi. tapi seratus langkah masih lebih baik dibanding diam tidak bergeming.

selain sebagai penulis, saya juga berkeinginan setahun lagi saya dan istri bisa menjadi seorang saudagar muda. saya ingin usaha yang kami rintis sekarang bisa langgeng untuk masa depan. malah kalau bisa bisnis saya bisa diturunkan ke anak cucu saya.

teman-teman saya sekarang sudah mulai menikmati buah dari benih usaha dagang yang mereka tanam beberapa tahun lalu. dan sekarang saya dan istri baru mulai menanam benihnya. pohon dagangan kami masih amat sangat kecil dan belum berbuah sama sekali. pohon usaha kami baru menumbuhkan bunga-bunga kecil yang memperindah pohon tersebut. namun saya yakin, pohon itu akan tumbuh besar, kuat, berbuah manis, dan bermanfaat untuk lingkungannya.

kawan, jika kau punya cita-cita, mulailah dari sekarang. tanam benihnya, untuk kamu nikmati buahnya.. nanti.

Selasa, 07 Mei 2013

Jagalah Kesehatan

kita manusia hidup pasti punya romantika. pasang surut, susah senang, hitam putih, silih berganti mewarnai hari-hari yang kita lewati. seharusnya, manusia tidak melupakan hal-hal yang bisa membuat dirinya lebih baik. salah satu cara agar pelajaran hidup tersebut tidak terlupakan, ya gak lain gak bukan, adalah dengan menuliskannya.

di sore ini saya kembali duduk di depan monitor komputer kantor untuk menuliskan sebuah pelajaran hidup yang harus kita camkan. hal ini masalah kesehatan. kita harus menjaga kesehatan, itu semua orang juga tahu. tapi kita akan lebih merasa kesehatan penting untuk dijaga apabila kita melihat sendiri orang-orang yang ada di dekat kita sedang diuji dengan cobaan sakit.

hari ini saya mendengar kabar bahwa salah satu rekan kerja senior saya salah satu jari kakinya harus diamputasi gara-gara komplikasi penyakit diabetes. diabetes atau penyakit gula membuat rekan kerja saya tersebut jatuh sakit tak berdaya. sudah beberapa bulan ini beliau tidak bisa optimal bekerja dengan kondisi prima.

beberapa saat yang lalu beliau jatuh sakit dan dirawat. dan baru tadi sore saya mendengar kabar bahwa jari kakinya diamputasi. dan setelah melihat foto kaki beliau, saya jadi semakin sadar bahwa saya harus benar-benar menjaga kesehatan saya dari sekarang.

terlebih ketika saya punya cita-cita tidak terikat kontrak kerja dengan instansi pemerintahan, maka isu kesehatan di masa tua menjadi begitu krusial. karena konsekuensi dari lepasnya ikatan sebagai pegawai pemerintah adalah tidak berlakunya lagi askes yang sekarang masih saya miliki. saya tidak ingin nanti ketika tua, harta saya sekeluarga habis gara-gara ngurus kesehatan saya. padahal menurut hemat saya, harta keluarga itu seharusnya bisa dieman-eman buat anak cucu, biar mereka mapan dan gak kesusahan lah.

kata-kata emak saya menjadi semakin relevan. emak saya adalah orang yang paling cerewet ke saya masalah kesehatan dan keselamatan berkendara. saban saya berangkat keluar naik motor, dia pasti ngomelin saya yang suka ngeluyur tanpa menggunakan anti angin. ya, saya pikir sekarang saya masih muda, badan masih seger, masak lawan angin aja kalah. tapi sekarang saya sadar, kata-kata emak saya banyak benarnya juga, kalau kesehatan itu harus dijaga dari sekarang, dan kalau naik motor ya pakai pelindung dada/ anti angin lah.

so teman-teman, jaga baik-baik ya kesehatan kalian masing-masing.

Salam Sehat!

Senin, 06 Mei 2013

Akew Muhammad Isa

Pria yang ingin saya bahas kali adalah seorang cukup terkenal. Entah terkenal karena hal yang positif atau negatif, yang pasti dia terkenal. Saking terkenalnya, bahkan ada yang bilang dia dikenal oleh 10 angkatan yang lebih tua dan 10 angkatan yang lebih muda. Pria ini bernama Muhammad Isa alias akew alias akio alias akiong.

Dari nama aliasnya aja kita tahu bahwa anak ini pasti sipit, dan itu benar adanya. Tapi jangan sekali-kali panggil dia orang Cina, karena dia bisa marah dibuatnya. Karena memang faktanya dia bukan orang Cina, dia adalah orang Indonesia 1000%, lahir batin malah. Hanya saja memang faktanya dia adalah WNI dengan darah keturunan dari Tionghoa sana.

Meskipun dalam dirinya mengalir darah keturunan dari Tionghoa, jangan sekali-kali anda mengadu rasa nasionalisme anda dengannyal, bisa kalah kau semua nanti. Akew ini kalau saya perhatikan, rasa nasionalismenya mirip-mirip Kwik Kian Gie lah. Sebagian orang yang lain mengidentikan Akew dengan Soe Hok Gie. Yang manapun itu, yang pasti Akew yang saya kenal sangat mencintai tanah airnya ini.

Kecintaan pada tanah airnya ini sebenarnya terefleksi pada motto hidupnya. "Untuk Islam, Indonesia, dan Kemanusiaan yang lebih baik", begitulah kira-kira motto hidup Akew. Motto ini sih menurut saya tercermin dari gaya hidupnya selama menjadi mahasiswa. Gaya hidupnya yang sangat proletarian mencerminkan sangat inginnya dia merasakan yang dirasakan jutaan masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Saya pribadi mengenal Akew secara resmi ketika Open Recruitment Senat Mahasiswa FEUI 05/06. Ketika itu saya ingin mendaftarkan diri sebagai staf pada Departemen Pengabdian Masyarakat (Pengmas). Dan sebagaimana teman-teman bisa duga dan ketahui, yang menjabat sebagai Kepala Departemen Pengmas, tak lain tak bukan, adalah Akew.

Tak berapa lama dari pendaftaran, saya diminta untuk datang pada wawancara perekrutan oleh si Akew ini. Yang unik adalah, wawancaranya bukan dilakukan di selasar ruang senat atau di lorong gedung perkuliahan. Wawancara perekrutan versi Akew ini dihelat langsung di kosannya dari bakda isya sampai hampir tengah malam. Belakangan saya ketahui, bahwa semua calon staf yang laki, diwawancara di kosan dia.

Ketika pertama kali menjejak di kosan dia, Kosan Arista, kesan saya adalah semacam "gembel banget nih kosan". Kosan Arista ini letaknya di belakang hampir ujung dari wilayah komplek kos-kosan Kukusan Teknik (Kutek). Sudahlah di ujung, Kosan ini ternyata juga tampak dari luar kurang terawat. Namun demikian, siapa sangka justru di kosan inilah saya dan teman-teman dikemudian hari membentuk sebuah persaudaraan bawah tanah. Dan siapa sangka justru di kosan inilah nanti saya akan bertemu dengan teman-teman yang luar biasa.

Kembali ke kisah wawancara perekrutan, sayapun akhirnya masuk kamar Akew. "proletar (baca: gembel) banget nih kamar" begitulah kesan saya akan kamar Akew. Kamarnya terhitung sempit, dan bertambah sempit dengan buku-buku Akew yang berserakan. Entah dibaca atau tidak, buku-buku Akew terhitung banyak dan "berat". Namun setelah diberes-bereskan beberapa saat kamar tersebut tampak rapi dan terkesan "intelek". Belakangan saya ketahui bahwa kesan "intelek" yang saya dapatkan dari kamar kosannya tidak berbanding lurus dengan "prestasi" akademiknya Akew.. he he he..

Wawancara dengan Akew sang Kadept Pengmas pun dimulai. Sebagai anak muda yang begitu ingin untuk masuk organisasi macam senat mahasiswa, saya keluarkanlah segala macam emengan saya. Entah karena kasihan atau karena hal yang lain, Alhamdulillah saya keterima jadi stafnya di Departemen Pengmas SMFEUI 05/06. Dan dari titik itulah, saya mulai berinterkasi dengan Akew. Secara perlahan, saya mulai mengenal siapa diri Akew.

Sebagai orang yang high profile, sebenarnya gak sulit untuk mengenal siapa Akew. Bahkan orang baru kenalan dengan Akew pun bisa saja mengklaim mengenal Akew. Hal itu muncul karena Akew memiliki sifat yang sangat terbuka. Dia terbuka menyatakan ide dan pikirannya kepada siapapun. Dia pun terbuka atas kritik dan saran atas dirinya. Ya, hampir semua orang mengenal siapa Akew, bahkan mungkin anda, para pembaca sekalian.

Seorang teman yang kuliah di psikologi, Ivan Ahda, pernah mendeskripsikan sifat Akew dalam satu kata, genuine. Pertama kali dengar hal itu, sayapun langsung teringat dengan sparepart motor honda. Tapi tentu maksud Ivan bukanlah sparepart motor supra X, honda beat, Kharisma, atau Honda 800 seperti milik Akew. Yang Ivan maksud dengan genuine itu adalah akew memiliki sifat yang unik, asli, orisinil, dan (relatif) konsisten.

Menurut saya sih, deskripsi Ivan tersebut ada benarnya juga. Ribet kalau anda ingin mendeskripsikan siapa Akew sebenarnya. Sebenarnya ada juga yang mendeskripsikan Akew dengan kata "aneh", "buluk", "gombal", "kempret", "ngemeng aje", ataupun "sok sibuk". Sebagian yang lain mendeskripsikan Akew dengan kata "aktivis", "akhinya akiong", ataupun "the legend".

Sebenarnya si Akew ini adalah objek yang bisa kita kupas panjang lebar. Tapi untuk keringkasan penulisan, saya cukupkan dulu tulisan saya tentang teman saya yang satu ini. Nanti di kesempatan yang lain, akan saya ceritakan cuplikan-cuplikan cerita tentang Akew yang saya kenal, seperti kisah utang-piutang saya dan Akew, teori-teori absurd Akew, mimpi-mimpi Akew, debat-debat dengan Akew, dll.

Tulisan ini akan coba saya tutup dengan quote berhikmah dari akew dan pesan cinta dari saya..
"Pacaran itu, adiktif dan progresif" -Akew-
"Menikahlah dengan orang yang bisa kita anggap sebagai teman, seumur hidup. Kalo enggak cuma bakalan bikin repot" -Alkautsar-

Rabu, 01 Mei 2013

May Day (article not related to the title)

Panas. Aspalnya terasa panas. Kening saya yang bersujud di sholat Jumat berjamaah tersebut merasakan panas aspal tersebut. Sehelai koran yang diberikan orang disebelah saya sedikit mengurangi rasa panas tersebut. Tapi dibalik rasa panas tersebut, saya bersyukur, karena saat itu saya bisa sholat Jumat bersama dengan para buruh dan elemen masyarakat yang lain, di jalanan depan gedung DPR/MPR, Senayan.

Pada pertengahan 2012 kemarin, saya sedang magang di kantor pusat yang bertempat tepat di seberang gedung DPR/MPR. Pada hari itu terdengar kabar ada demo besar. Demo tersebut membawa isu menentang kenaikan harga BBM. Meskipun almamater fakultas ku dulu adalah fakultas pendukung pencabutan subsidi BBM premium oleh pemerintah, tapi entah kenapa saya sendiri kurang sepakat dengan ide pencabutan subsidi tersebut. Menurut saya, justru masyarakat kelas menengahlah yang harus secara sadar dan rela mengkonversi penggunaan BBM-nya dari premium ke pertamax.

Terlepas betapa bodohnya ide saya tersebut, pemerintah tetap berketetapan untuk mencabut subsidi BBM premium. Dan pada kenyataannya demo besar tersebut tetap dilaksanakan. Kebetulan hari itu hari Jumat. Para pendemo pun tidak lupa untuk menunaikan sholat Jumat, di tempat. Mereka menjadikan mobil sound komando sebagai mimbar, dan shaf-shaf pun mulai tersusun satu persatu dihadapan mobil sound tersebut.

Saya pribadi melihat sholat Jumat di tempat demo tersebut merupakan pengalaman yang sayang untuk dilewatkan. Sebenarnya dulu waktu muda juga pernah sholat jamaah di tempat demo. Namun pengalaman sholat di tempat demo itu bukan ketika sholat Jumat, kalau gak salah sholat maghrib, isya dan subuh. "Kapan lagi", begitu pikir saya. Saya pun menyeberang jalan, melewati beberapa wartawan dalam dan luar negeri yang bersiap-siap di jembatan penyeberangan depan gedung DPR/MPR. Saya pun melewati sejumlah "aktivis" mahasiswa yang duduk-duduk ngerokok di sejumlah tempat.

Sesampainya di tempat sholat Jumat, sang khotib sudah mulai berceramah. Dia ingatkan kepada para penguasa sekarang agar tidak lupa untuk menjalankan amanahnya. Amanah penguasa tersebut berupa komitmen untuk mensejahterakan rakyatnya, dan bukan malah membuat rakyatnya menderita. Konteks sang khotib secara khusus sudah jelas, jangan cabut subsidi premium karena mencabut subsidi tersebut akan membuat rakyat menderita. Saya pribadi sebenarnya juga paham bahwa pemerintah bermaksud mencabut subsidi tersebut tidak (secara langsung) untuk menderitakan rakyatnya.

Namun dari ceramah sang khotib, saya mengambil sebuah pelajaran. Pelajaran bahwa betapa tidak mudahnya menjadi seorang pemimpin dalam masyarakat. Betapa tidak mudahnya menjadi amir yang adil bagi rakyat yang dipimpinnya. Seketika saya merasa betapa bodohnya saya ketika dulu memimpikan memegang tampuk kekuasaan di pemerintahan. Betapa naifnya saya dulu ketika berpikir bahwa ketika orang-orang macam saya mampu memegang posisi yang strategis di pemerintahan, maka ujug-ujug baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur akan terbentuk.

Aspal di siang itu memang panas, tapi masih tidak sepanas api neraka. Tidak sepanas api yang akan membakar mereka (dan mungkin saya) jika berani melanggar amanat Tuhan.