Selasa, 26 Juni 2012

Tools Dalam Menentukan Pilihan Kegiatan

dalam hidup ini, kita selalu dihadapkah dalam pilihan. life is a matter of choice, begitu kira-kira orang bule berkata. lalu apakah yang menjadikan kita memilih pilihan A dibanding B? pelajaran ekonomi SMA mengajari kita bahwa kita lebih memilih kegiatan A dibanding B karena kita, manusia, mempertimbangkan opportunity cost.

penjelasan opportunity cost sendiri bisa teman sekalian baca di sini. gampangnya adalah kita memilih karena mempertimbangkan kegiatan mana yang memberikan "biaya" terkecil/terbesar. yang "biaya"nya paling besar, itulah yang dipilih. definisi dari "biaya" itu sendiri dikembalikan ke masing-masing orang, yang seringkali subjektif.

contoh sederhananya adalah kalau kita dikasih Allah waktu, hari ahad. lalu kita dihadapkan pilihan untuk melakukan kegiatan A (nongkrong di Seven Eleven), atau kegiatan B (ikut bimbingan belajar BTA untuk persiapan seleksi perguruan tinggi). yang manakah yang akan kita pilih?

kalau kita menganggap dijauhi teman-teman karena gak bergaul di Seven Eleven merupakan "biaya" yang besar, dan ikut persiapan seleksi perguruan tinggi itu hanya merupakan "biaya" yang kecil, tentu kita akan memilih untuk melakukan kegiatan A. vice versa.

selain menggunakan konsep opportunity cost, di kuliahan biasanya kita diajarkan konsep cost and benefit analysis. jadi selain mempertimbangkan cost, kita juga mempertimbangkan keuntungan apa yang kita dapatkan dari melakukan suatu kegiatan. dalam training-training motivasi kita juga mengenal konsep yang mirip dengan itu seperti konsep AMBAk (Apa Manfaatnya Bagi Aku).

memang ada sedikit beda antara konsep cost and benefit dengan konsep AMBAk. konsep cost and benefit bisa digunakan dari sudut pandang kita sebagai individu, bisa juga digunakan dari sudut pandang kita sebagai bagian dari suatu kelompok. sedangkan kalau konsep AMBAk, menurut saya agak berorientasi terhadap diri sendiri sebagai individu.

contohnya saja jika kita hidup dalam suatu masyarakat. kebetulan di depan rumah kita selokannya lancar, hanya saja dua blok dari rumah kita selokannya mampet. lalu diusulkanlah oleh ketua RT (Rukun Tetangga) untuk mengadakan kerja bakti. jika kita memakai konsep cost and benefit maka kita tentu harus ikutan kerja bakti. hal ini disebabkan karena kita memperhatikan benefit untuk lingkungan akan lebih besar (selokan lancar kembali) dibanding cost yang muncul (capek, kotor, akibat ikutan kerja bakti).

namun jika kita pakai konsep AMBAk, belum tentu kita akan ikutan kerja bakti, lawong gak usah ikutan sekalipun kita gak rugi kok. kecuali kita menganggap membangun kedekatan dengan tetangga ada manfaatnya untuk diri kita sendiri. jika begitu tentu kita juga akan memilih untuk ikutan kerja bakti.

selain konsep-konsep diatas, kita juga mengenal beberapa metode lain dalam menentukan pilihan kegiatan kita dalam hidup ini. konsep seperti FTF (First Thing First) dan Balanced Scorecard mungkin bisa kita gunakan untuk menentukan pilihan kegiatan. tapi tentu untuk memilih kegiatan mana yang didulukan antara boker dulu, atau balas sms istri dulu, gak perlu pakai Balanced Scorecard. toh kita bisa melakukan dua kegiatan itu berbarengan (multitasking).

demikian share abal-abal saya dengan topik menentukan pilihan kegiatan. semoga bermanfaat. selamat mencoba kawan..

Senin, 25 Juni 2012

Pak Muchtar

Beberapa hari yang lalu, saya dan ayah saya terlibat dalam sebuah perbincangan. topiknya perbincangan kami meliputi hal-hal yang berkaitan dengan masa kecilnya, pekerjaannya, dan juga tentang beberapa orang yang dikenalnya. cukup unik memang, pasalnya kami berdua jarang berbincang hal-hal seperti itu, terlebih berbincang untuk waktu yang lama

ada beberapa hal menarik tentang dirinya yang baru saya tahu saat itu. pertama ternyata dulu waktu sekitar berumur 11 tahun, ayah saya "dipungut" oleh ustad di kampung sebelah. setiap hari ayah saya ngaji kitab oleh ustad tersebut. selain ngaji kitab, dia juga sering diajak makan, ngobrol, dan lain-lainnya oleh keluarga si ustad. uniknya, salah satu anak dari ustad tersebut ternyata melakukan hal yang sama dengan berkelana di kampung-kampung lainnya.

selain itu kami juga berbincang sedikit masalah keluarganya abdurrahman wahid a.k.a. gus dur. konon ayah saya merupakan salah satu paman gus dur. saya sendiri sih percaya-percaya aja, lawong gak rugi kok. ayah saya berkata, rata-rata adiknya gus dur itu mulai "tampak" sehabis gus dur naik jadi presiden. uniknya, penampakan mereka ke publik itu bukan pesanan khusus dari gus dur. gampangnya bisa dibilang mereka tampil karena kemampuan mereka sendiri. namun tentu jadinya gus dur sebagai presiden menjadi katalisator tampilnya mereka.

beberapa nama disebut ayah saya. dr. umar, aisyah, sholahudin, gus im, dan lily. katanya, yang gak tampil dan terekspos ke publik hanya dr. umar dan gus im. sisanya tampil. aisyah yang lebih dikenal dengan aisyah baidhowi menjadi anggota dpr dari fraksi golkar. sholahudin menjadi tokoh masyarakat dan pernah menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan wiranto (dan saya nyoblos dia waktu itu, bukan sby). dan terakhir lily wahid yang sebagaimana kita ketahui biasa tampil beda dibanding sikap fraksinya, fraksi kebangkitan bangsa.

yang unik adalah ayah saya (yang notabene juga paman mereka) pernah di somasi oleh aisyah baidhowi. pernah ingat kasus jamaah haji kelaparan? nah, waktu itu kan ramai orang menyalahkan departemen agama sebagai penyelenggara haji. ketika itu ayah saya tampil di berbagai media dengan menyatakan bahwa dpr turut andil dalam kasus itu. penyedia makanan haji selama ini yang tidak pernah bermasalah diminta diganti oleh dpr dengan yang lebih murah beberapa riyal. desakan itu begitu besar sehingga muncullah penyedia jasa yang menawarkan lebih murah, namun ya itu, ternyata gak profesional.

waktu itu ayah saya dan si aisyah ini pernah muncul dalam acara debat di salah satu stasiun televisi. dan si aisyah ini kalah telak argumen-argumennya. berikutnya terdapatlah acara rapat antara dpr dengan departemen agama. di rapat itu anggota dpr berujar "mana yang namanya muchtar ilyas, berdiri!". berdirilah ayah saya. kali itu, ayah saya resmi diperingatkan oleh anggota dpr, berikutnya terdengar berita bahwa dpr resmi menyomasi ayah saya.

ayah saya sih cuek bebek. namun tentu dpr yang meradang ingin lebih dari sekedar somasi. akhirnya hal itu berkonsekuensi dengan jabatannya. ayah saya katanya direncanakan untuk dilempar ke nusa tenggara timur. walaupun akhirnya gak jadi.

jika diingat-ingat, gak cuma sekali saja ayah saja berkonfrontasi dengan pihak-pihak yang berkuasa. dulu waktu jadi pemimpin salah satu daker di musim haji, terdapatlah pemalakan oleh sejumlah oknum penyelenggara haji yang berasal dari arab saudi. palakan ini terjadi atas mayat jamaah haji asal indonesia. keluarga dari si mayit tersebut dipalak sejumlah uang jauh diatas tarif yang berlaku jika ingin sang mayit dimakamkan di indonesia.

biasanya di akhir musim haji, ada pertemuan antara para petugas haji dari arab saudi maupun negara-negara lain, termasuk indonesia. biasanya di acara ini isinya jamuan makan dari pidato-pidato terima kasih dari perwakilan negara-negara asal jamaah haji. akhirnya tibalah waktu ayah saya naik podium. biasalah ya, orang-orang arab itu udah nunggu buat dipuji-puji. namun ternyata harapan orang-orang arab itu gak kesampean. di atas podium itu, ayah malahan mengungkapkan kasus yang terkait pemulangan mayat jamaah haji. dia kritik habis-habisan oknum-oknum jahiliyah tersebut.

seperti kita ketahui bersama, orang arab makkah berbeda dengan orang arab madinah. tabiat orang arab makkah lebih kasar. mungkin karena merasa sekampung ama kanjeng nabi Muhammad, dia berasa ditinggikan derajatnya. dan yang berkumpul di acara tersebut kayanya rata-rata adalah orang arab makkah. dan hal tersebut nampaknya bukanlah kabar yang begitu baik untuk ayah saya. benar saja, muncul beberapa orang yang maki-maki ayah saya yang masih di atas podium. tapi yah, mungkin tabiat orang jawa timur, gak takut ama yang begituan, selama dalam posisi benar.

di rumah saya mendengar ayah saya harus menunda kepulangannya karena suatu hal. belakangan saya ketahui hal tersebut terjadi karena kejadian di pertemuan sebelumnya. ayah saya diancam tidak bisa pulang kembali ke tanah air. alhamdulillah, berkat bantuan sejumlah pihak ayah saya bisa pulang juga. dan alhamdulillah penyelenggara haji arab saudi jadi sadar bahwa masih ada orang jahiliyah yang hidup bersama mereka.

masih banyak cerita lain yang ia share dengan saya. cerita tentang oknum-oknum anggota dpr yang minta jatah dalam penyelenggaraan haji, cerita dia versus mafioso pengadaan di kantornya, cerita detail tentang adik-adiknya gus dur, tentang sutiyoso, dan banyak lagi. yah, akhirnya saya sedikit lebih mengenal ayah saya. terlepas dari berbagai kekurangan yang miliki (termasuk dalam urusan ketampanan), banyak hal dari dia yang bisa saya contoh. dan terima kasih telah membagi ceritamu kepadaku (yang kemudian aku bagi lagi ke banyak manusia). semoga segala kekuranganmu dimaafkan Allah dan kelebihanmu bisa dicontoh anak cucumu.

Senin, 18 Juni 2012

Tingkatan dalam Menulis

Apa kabar teman-teman sekalian. sudah lama nian kita tidak "berbincang" lewat media blog ini. untuk teman-teman yang biasa blogwalking ke blog saya, saya ingin mengucapkan permintaan maaf. minimnya update tulisan dari blog ini semata-mata karena kelalaian saya dalam mengatur waktu. kali ini saya akan coba memperbaiki kesalahan saya dengan menuliskan kembali sedikit pengalaman saya.

Kali ini saya akan coba share beberapa hal yang saya bincangkan dengan kakak saya. alkisah pada suatu hari kakak saya pernah berbincang dengan temannya yang berprofesi sebagai penulis. Dalam obrolan itu, sang penulis menyatakan, bahwa sesungguhnya level menulis itu ada 3, yaitu:

1. Menulis kejadian di sekitar kita

ini adalah level termudah dalam menulis. meskipun demikian, ternyata masih banyak orang yang bahkan masih enggan menulis meskipun itu mudah. ya, menulis itu mudah, mencari ide untuk menulis juga sangat mudah. bagaimana tidak mudah, lawong kita tinggal mengingat ulang tentang apa yang terjadi dalam hidup kita sendiri kok. di level ini, kita tidak diminta untuk menuliskan tentang orang lain ataupun hal yang tidak kita ketahui. di level ini kita hanya perlu untuk menuliskan apa yang kita alami tentang DIRI KITA SENDIRI.

meskipun terdengar sepele, namun membiasakan menulis di level ini akan memudahkan kita untuk masuk ke level dua. memang, ada beberapa orang yang mampu langsung ahli menulis di level atas tanpa harus membiasakan menulis di level ini. namun saya mengasumsikan bahwa kita semua adalah orang biasa. sebagai orang biasa, latihan haruslah ditempuh. dan dalam hal ini, latihan menulis paling mudah adalah menulis tentang kejadian di sekitar kita.

2. Menulis analitis

jika kita sudah khatam rajin menulis di level satu, maka ada baiknya kita mencoba untuk menulis dengan sebuah analisis. sederhananya, orang-orang macam ini mampu untuk:
a. menuliskan hal-hal yang mau di analisis
b. melakukan analisis
c. menuliskan analisis
biasanya para wartawan, dosen, kolumnis adalah ahlinya menulis macam ini. para novelis, yang karyanya berupa cerita sekalipun sebenarnya merupakan ahlinya menulis level dua ini. bagaimana tidak, seringkali seorang novelis harus menuliskan sebuah cerita yang tidak terjadi di sekitar dia. dengan demikian, sang novelis dituntut untuk melakukan analisis pengembangan sebuah bahan cerita.

3. Menulis reviu tulisan

Nah, inilah kemampuan ultimate dari seorang penulis, mereviu sebuah tulisan. yah, sebenarnya siapapun bisa aja sih kalau mau reviu tulisan orang lain, tapi kan yang namanya kualitas reviu kan gak bisa dibohongi. ada beberapa jenis pekerjaan yang menuntut seseorang untuk ujug-ujug mereviu. nah, klo udah tuntutan pekerjaan ya apa boleh buat dah, emang kudu dikerjain gimanapun juga. namun apabila kita ingin melakukan reviu substansi dari sebuah tulisan, ada baeknya kita icip-icip dulu tahap pertama dan kedua di atas.

Sejatinya jenis reviu tulisan itu bisa dua jenis, reviu substansi tulisan dan reviu bentukan tulisan (misalnye aje tanda baca titik koma lah gitu). ane sendiri dulu waktu jadi mahasiswa tingkat akhir pernah jadi pereviu tulisan temen ane gitu, hehehe. cowo jomblo (sejauh ini) yang namanya Akew Muhammad Isa, FEUI 2003, pernah ane reviu beberapa tulisannya. doi biasa nulis buat mading kampus. jenis tulisan doi tuh yang ngekritik-kritik seru gitu deh. saya ngereviu nya sih cuma sekedar ngasih pendapat seperti apa kemungkinan tanggapan dari para pembacanya. kalau jenis reviu yang model gitu sih kayanya emang cuma reviu-reviuan. bakal beda kelas lah pasti kalau dibandingin ama orang sekelas dahlan iskan waktu masih di jawa pos (yaiyalaaahh).

Nah, demikian tiga level penulis versi penjabaran temannya kakak saya. bebas aja sih kita mau ngikut apa kagak ama pendapat dia. tapi yang terpenting dari semua adalah bahwa menulis itu sejatinya gak sulit. gak usah mikir ribet dulu lah kalau mau nulis. gak usah bayangin harus nulis artikel ilmiah analisis yang high class.
kita bisa mulai dari cara yang paling mudah, yaitu dengan menulis pengalaman kita sehari-hari. ketika menulis sudah menjadi habit, maka secara bertahap tapi pasti, tulisan kita akan berkembang setahap demi setahap.

picture taken from http:/edukasi.kompasiana.com