Senin, 15 Mei 2017

Setelah Berpuluh Purnama, Kini Saya Putuskan Untuk Menulis Lagi

Well, sekarang saya akan menulis. Kenapa saya mulai menulis lagi setelah berpuluh purnama saya gak nulis, mungkin sesimpel karena ada tekanan. Tekanan ini muncul dari sejumlah orang yang saya informasikan bahwa saya memiliki blog. Padahal jadi calon gubernur aja kagak, tapi saya sudah dinyinyiri lantaran blog yang saya promot gak termutakhirkan. Cih...

Tapi konon, tekanan itu dalam tahap tertentu berefek positif. Tekanan yang biasa dikenal juga dengan istilah stres, berasal dari stressor, atau pemberi stres. Pada otot di tubuh kita, jika diberikan dosis stres yang tepat, maka otot tubuh kita akan terbentuk, menguat dan tidak gelemer-gelemer. Pada kadarnya, stres pada tubuh ternyata berpengaruh baik pada tubuh itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan stres pada jiwa atau mental? Dengan menggunakan analogi yang sama, jika mental ditempa dengan tingkat stres yang tepat, maka mentalitas akan lebih kuat dan sehat. Katanya sih, seorang achiever memiliki atribut tahan malang dan tekun. Dua atribut ini biasanya muncul karena tempaan stres dengan kadar yang tepat.

Di nyinyiri dengan kadar yang tepat, akan berpengaruh positif pada diri kita. Nyinyir seringkali tidak dimaksudkan untuk ngkritik. Seringkali bahasa candaan ditangkap orang sebagai nyinyir. Bagi manusia baper, nyinyir akan dibalas dengan counter-nyinyir, yang biasanya juga berupa nyinyiran. Jika demikian, maka ini bisa jadi lingkaran demit (vicious cycle) dan tiada ada akhirnya. Jika demikiran, lalu kapan kita bisa mencapai kedamaian dunia? Yang didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka dengan ini...

Back to topic, perihal tekanan untuk menulis. Alhamdulillah, candaan di salah satu grup yang berisi kawan-kawan saya justru membuat saya beraksi untuk menulis. Tepat ketika saya promosi blog saya, saya iseng tengok lagi tulisan saya. Satu tulisan yang membuat saya tercenung adalah artikel ini (baca nih). Di artikel itu saya sudah menyatakan bahwa saya ingin menjadi penulis. Per detik tulisan ini diterbitkan, saya belum juga menerbitkan buku. Sad.. sad.. sad..

Dude, come on, emang sih saya kayanya bukan tipe penulis yang bisa melahirkan magnum opus kaya das capital ataupun mein kampf. Nggak. Saya juga kayanya bukan tipe penulis yang tulisannya bisa masuk jurnal yang keindeks di scopus. Tapi saya yakin, minimal saya bisa bikin buku yang bisa nyaingin tulisannya Tung Desem Waringin lah... Dahsyaaatttt! Yet, sekarang belum ada satupun buku dengan nama saya sebagai penulis tercetak. Sad.. sad.. sad..

Biar gak tambah sad, maka saya putuskan untuk menulis. Layaknya angkat barbel bagi otot, saya anggap tekanan dari para fans tulisan saya sebagai stimulus untuk menguatkan kemampuan laten saya, yaitu menulis. Demikian tulisan tentang tulisan, semoga ada faedahnya. Wabillahi taufik walhidayah. Wassalamualaykum warohmatullohi wabarokatuh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar