Kali ini saya akan coba share beberapa hal yang saya bincangkan dengan kakak saya. alkisah pada suatu hari kakak saya pernah berbincang dengan temannya yang berprofesi sebagai penulis. Dalam obrolan itu, sang penulis menyatakan, bahwa sesungguhnya level menulis itu ada 3, yaitu:
1. Menulis kejadian di sekitar kita
ini adalah level termudah dalam menulis. meskipun demikian, ternyata masih banyak orang yang bahkan masih enggan menulis meskipun itu mudah. ya, menulis itu mudah, mencari ide untuk menulis juga sangat mudah. bagaimana tidak mudah, lawong kita tinggal mengingat ulang tentang apa yang terjadi dalam hidup kita sendiri kok. di level ini, kita tidak diminta untuk menuliskan tentang orang lain ataupun hal yang tidak kita ketahui. di level ini kita hanya perlu untuk menuliskan apa yang kita alami tentang DIRI KITA SENDIRI.
meskipun terdengar sepele, namun membiasakan menulis di level ini akan memudahkan kita untuk masuk ke level dua. memang, ada beberapa orang yang mampu langsung ahli menulis di level atas tanpa harus membiasakan menulis di level ini. namun saya mengasumsikan bahwa kita semua adalah orang biasa. sebagai orang biasa, latihan haruslah ditempuh. dan dalam hal ini, latihan menulis paling mudah adalah menulis tentang kejadian di sekitar kita.
2. Menulis analitis
jika kita sudah khatam rajin menulis di level satu, maka ada baiknya kita mencoba untuk menulis dengan sebuah analisis. sederhananya, orang-orang macam ini mampu untuk:
a. menuliskan hal-hal yang mau di analisis
b. melakukan analisis
c. menuliskan analisis
biasanya para wartawan, dosen, kolumnis adalah ahlinya menulis macam ini. para novelis, yang karyanya berupa cerita sekalipun sebenarnya merupakan ahlinya menulis level dua ini. bagaimana tidak, seringkali seorang novelis harus menuliskan sebuah cerita yang tidak terjadi di sekitar dia. dengan demikian, sang novelis dituntut untuk melakukan analisis pengembangan sebuah bahan cerita.
3. Menulis reviu tulisan
Nah, inilah kemampuan ultimate dari seorang penulis, mereviu sebuah tulisan. yah, sebenarnya siapapun bisa aja sih kalau mau reviu tulisan orang lain, tapi kan yang namanya kualitas reviu kan gak bisa dibohongi. ada beberapa jenis pekerjaan yang menuntut seseorang untuk ujug-ujug mereviu. nah, klo udah tuntutan pekerjaan ya apa boleh buat dah, emang kudu dikerjain gimanapun juga. namun apabila kita ingin melakukan reviu substansi dari sebuah tulisan, ada baeknya kita icip-icip dulu tahap pertama dan kedua di atas.
Sejatinya jenis reviu tulisan itu bisa dua jenis, reviu substansi tulisan dan reviu bentukan tulisan (misalnye aje tanda baca titik koma lah gitu). ane sendiri dulu waktu jadi mahasiswa tingkat akhir pernah jadi pereviu tulisan temen ane gitu, hehehe. cowo jomblo (sejauh ini) yang namanya Akew Muhammad Isa, FEUI 2003, pernah ane reviu beberapa tulisannya. doi biasa nulis buat mading kampus. jenis tulisan doi tuh yang ngekritik-kritik seru gitu deh. saya ngereviu nya sih cuma sekedar ngasih pendapat seperti apa kemungkinan tanggapan dari para pembacanya. kalau jenis reviu yang model gitu sih kayanya emang cuma reviu-reviuan. bakal beda kelas lah pasti kalau dibandingin ama orang sekelas dahlan iskan waktu masih di jawa pos (yaiyalaaahh).
Nah, demikian tiga level penulis versi penjabaran temannya kakak saya. bebas aja sih kita mau ngikut apa kagak ama pendapat dia. tapi yang terpenting dari semua adalah bahwa menulis itu sejatinya gak sulit. gak usah mikir ribet dulu lah kalau mau nulis. gak usah bayangin harus nulis artikel ilmiah analisis yang high class.
kita bisa mulai dari cara yang paling mudah, yaitu dengan menulis pengalaman kita sehari-hari. ketika menulis sudah menjadi habit, maka secara bertahap tapi pasti, tulisan kita akan berkembang setahap demi setahap.
| picture taken from http:/edukasi.kompasiana.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar