28 Januari 2011

Gayus Lo!

Dalam salah satu artikel di koran Kompas hari selasa 25 Januari 2011 ada secuplik kata yang menyatakan bahwa akhir-akhir ini wajib pajak cenderung enggan untuk membayar pajaknya karena takut dikorupsi oleh orang-orang macam Gayus di Dirjen Pajak. Artikel tersebut menyatakan bahwa setelah kasus Gayus booming, Dirjen Pajak mengalami tantangan yang sangat besar dalam mencapai target capaian pajak. Menurut pendapat saya, cuplikan di Kompas tersebut atau persepsi masyarakat yang dicuplik Kompas itu tidak tepat. karena sesungguhnya yang terjadi dalam kasus Gayus bukanlah pengkorupsian dari uang yang telah disetorkan ke Dirjen Pajak. Yang Gayus lakukan memang perbuatan kriminal yang merugikan keuangan negara, tapi hal tersebut berbeda sama sekali dengan menilep uang yang telah disetorkan. Yang Gayus lakukan adalah berkongkalikong dengan objek pajak, agar objek pajak hanya perlu menyetor uang lebih sedikit dari yang seharusnya, tapi dengan imbalan tertentu kepada Gayus. Sederhananya, tanpa ulah Gayus, maka negara ini penerimaan pajaknya akan lebih banyak karena objek pajak membayar dengan jumlah yang seharusnya. Tidak membayar pajak (terutama untuk korporat) dengan alasan kasus Gayus tentu merupakan suatu alasan yang dibuat-buat. Malah bisa saya bilang sebuah sesat pikir. Untuk membangun bangsa yang besar tentu dibutuhkan banyak unsur, bersihnya aparat pemerintah, efektif efisiennya penggunakan anggaran, dan warga masyarakat yang setia membayar pajak. Jiaaelaah, kaya lo bener aja bal, ngemeng lo jauh..
seharusnya negeri yang permai ini sudah cukup mensejahteraan rakyatnya -Alkautsar, 2008-

2 komentar:

  1. Ah setuju bgt.. gue sempet mo bikin tulisan kyk gini nih, gemes sih denger org2 ga mo bayar pajak krn dimakan Gayus. Helloo.. dia bahkan ga liat duit pajak yg kita bayar hehe..

    BalasHapus
  2. iye gi. emang banyak alesan mah orang-orang gak bayar pajak..

    BalasHapus