Pria yang ingin saya bahas kali adalah seorang cukup terkenal. Entah terkenal karena hal yang positif atau negatif, yang pasti dia terkenal. Saking terkenalnya, bahkan ada yang bilang dia dikenal oleh 10 angkatan yang lebih tua dan 10 angkatan yang lebih muda. Pria ini bernama Muhammad Isa alias akew alias akio alias akiong.
Dari nama aliasnya aja kita tahu bahwa anak ini pasti sipit, dan itu benar adanya. Tapi jangan sekali-kali panggil dia orang Cina, karena dia bisa marah dibuatnya. Karena memang faktanya dia bukan orang Cina, dia adalah orang Indonesia 1000%, lahir batin malah. Hanya saja memang faktanya dia adalah WNI dengan darah keturunan dari Tionghoa sana.
Meskipun dalam dirinya mengalir darah keturunan dari Tionghoa, jangan sekali-kali anda mengadu rasa nasionalisme anda dengannyal, bisa kalah kau semua nanti. Akew ini kalau saya perhatikan, rasa nasionalismenya mirip-mirip Kwik Kian Gie lah. Sebagian orang yang lain mengidentikan Akew dengan Soe Hok Gie. Yang manapun itu, yang pasti Akew yang saya kenal sangat mencintai tanah airnya ini.
Kecintaan pada tanah airnya ini sebenarnya terefleksi pada motto hidupnya. "Untuk Islam, Indonesia, dan Kemanusiaan yang lebih baik", begitulah kira-kira motto hidup Akew. Motto ini sih menurut saya tercermin dari gaya hidupnya selama menjadi mahasiswa. Gaya hidupnya yang sangat proletarian mencerminkan sangat inginnya dia merasakan yang dirasakan jutaan masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Saya pribadi mengenal Akew secara resmi ketika Open Recruitment Senat Mahasiswa FEUI 05/06. Ketika itu saya ingin mendaftarkan diri sebagai staf pada Departemen Pengabdian Masyarakat (Pengmas). Dan sebagaimana teman-teman bisa duga dan ketahui, yang menjabat sebagai Kepala Departemen Pengmas, tak lain tak bukan, adalah Akew.
Tak berapa lama dari pendaftaran, saya diminta untuk datang pada wawancara perekrutan oleh si Akew ini. Yang unik adalah, wawancaranya bukan dilakukan di selasar ruang senat atau di lorong gedung perkuliahan. Wawancara perekrutan versi Akew ini dihelat langsung di kosannya dari bakda isya sampai hampir tengah malam. Belakangan saya ketahui, bahwa semua calon staf yang laki, diwawancara di kosan dia.
Ketika pertama kali menjejak di kosan dia, Kosan Arista, kesan saya adalah semacam "gembel banget nih kosan". Kosan Arista ini letaknya di belakang hampir ujung dari wilayah komplek kos-kosan Kukusan Teknik (Kutek). Sudahlah di ujung, Kosan ini ternyata juga tampak dari luar kurang terawat. Namun demikian, siapa sangka justru di kosan inilah saya dan teman-teman dikemudian hari membentuk sebuah persaudaraan bawah tanah. Dan siapa sangka justru di kosan inilah nanti saya akan bertemu dengan teman-teman yang luar biasa.
Kembali ke kisah wawancara perekrutan, sayapun akhirnya masuk kamar Akew. "proletar (baca: gembel) banget nih kamar" begitulah kesan saya akan kamar Akew. Kamarnya terhitung sempit, dan bertambah sempit dengan buku-buku Akew yang berserakan. Entah dibaca atau tidak, buku-buku Akew terhitung banyak dan "berat". Namun setelah diberes-bereskan beberapa saat kamar tersebut tampak rapi dan terkesan "intelek". Belakangan saya ketahui bahwa kesan "intelek" yang saya dapatkan dari kamar kosannya tidak berbanding lurus dengan "prestasi" akademiknya Akew.. he he he..
Wawancara dengan Akew sang Kadept Pengmas pun dimulai. Sebagai anak muda yang begitu ingin untuk masuk organisasi macam senat mahasiswa, saya keluarkanlah segala macam emengan saya. Entah karena kasihan atau karena hal yang lain, Alhamdulillah saya keterima jadi stafnya di Departemen Pengmas SMFEUI 05/06. Dan dari titik itulah, saya mulai berinterkasi dengan Akew. Secara perlahan, saya mulai mengenal siapa diri Akew.
Sebagai orang yang high profile, sebenarnya gak sulit untuk mengenal siapa Akew. Bahkan orang baru kenalan dengan Akew pun bisa saja mengklaim mengenal Akew. Hal itu muncul karena Akew memiliki sifat yang sangat terbuka. Dia terbuka menyatakan ide dan pikirannya kepada siapapun. Dia pun terbuka atas kritik dan saran atas dirinya. Ya, hampir semua orang mengenal siapa Akew, bahkan mungkin anda, para pembaca sekalian.
Seorang teman yang kuliah di psikologi, Ivan Ahda, pernah mendeskripsikan sifat Akew dalam satu kata, genuine. Pertama kali dengar hal itu, sayapun langsung teringat dengan sparepart motor honda. Tapi tentu maksud Ivan bukanlah sparepart motor supra X, honda beat, Kharisma, atau Honda 800 seperti milik Akew. Yang Ivan maksud dengan genuine itu adalah akew memiliki sifat yang unik, asli, orisinil, dan (relatif) konsisten.
Menurut saya sih, deskripsi Ivan tersebut ada benarnya juga. Ribet kalau anda ingin mendeskripsikan siapa Akew sebenarnya. Sebenarnya ada juga yang mendeskripsikan Akew dengan kata "aneh", "buluk", "gombal", "kempret", "ngemeng aje", ataupun "sok sibuk". Sebagian yang lain mendeskripsikan Akew dengan kata "aktivis", "akhinya akiong", ataupun "the legend".
Sebenarnya si Akew ini adalah objek yang bisa kita kupas panjang lebar. Tapi untuk keringkasan penulisan, saya cukupkan dulu tulisan saya tentang teman saya yang satu ini. Nanti di kesempatan yang lain, akan saya ceritakan cuplikan-cuplikan cerita tentang Akew yang saya kenal, seperti kisah utang-piutang saya dan Akew, teori-teori absurd Akew, mimpi-mimpi Akew, debat-debat dengan Akew, dll.
Tulisan ini akan coba saya tutup dengan quote berhikmah dari akew dan pesan cinta dari saya..
"Pacaran itu, adiktif dan progresif" -Akew-
"Menikahlah dengan orang yang bisa kita anggap sebagai teman, seumur hidup. Kalo enggak cuma bakalan bikin repot" -Alkautsar-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar