prolog: tulisan berikut berasal dari tulisan kemarin dulu yang saya lupa kapannya.. sekarang saya akan coba melanjutkan tulisan saya ini. sila membaca :)
Sore semua teman-teman. kemarin sabtu saya mengantarkan kakak saya yang mau mengisi seminar di pusat studi jepang ui. dan untuk pertama kali setelah sekian bulan akhirnya saya njejek lagi kampus saya waktu s1 silam.
adem, itu kesan pertama yang selalu saya rasakan kalau sudah masuk ke dekat-dekat pintu gerbang ui.
dan kalau kita bawa mobil, pasti kita harus menyapa petugas penjaga gerbang ui. untuk masuk kali pertama, kita perlu untuk membayar sejumlah 2000 rupiah. dengan uang tersebut kita seharusnya mendapatkan sebuah tiket masuk (yang harus dikembalikan ketika keluar) dan sebuah karcis kuning yang dapat kita tukarkan dengan tiket masuk untuk masuk di kali kedua.
biasanya sih si penjaga gerbang agak licik. seringkali dia cuma memberikan tiket masuk saja, tanpa memberikan karcis kuning. jika itu terjadi maka kalau kita mau masuk kampus ui lagi di hari yang sama kita perlu membayar 2000 rupiah lagi. mungkin uang 2000 rupiah itu bisa kita sebut kecil, namun tindakan sang penjaga gerbang yang licik tersebut menurut saya adalah tindakan yang korup. dan alhamdulillah di hari itu saya tidak bertemu dengan penjaga gerbang model demikian. penjaga gerbang yang saya temui cukup jujur dengan memberikan tiket masuk dan karcis kuning.
tak seberapa lama kami masuk ke dalam lingkungan kampus kami dikagetkan dengan sebuah bangunan tinggi yang menjulang di belakang stasiun ui. kabarnya itu merupakan apartemen. ada kemungkinan si pengembang meyakini bahwa apartemen tersebut akan terbeli oleh mahasiswa-mahasiswa di ui. jika tidak dibeli oleh (orang tua) si anak ui jaman sekarang, maka seenggaknya si pengembang pikir anak ui nya mampu bayar rate nge kos di apartemen tersebut. yah, emang fakta sih, makin kemari anak ui makin tajir, gak kaya jaman gw dulu, apalagi jaman engkong gw dulu.
dan setelah melewati beberapa kelokan, sampailah kami di pusat studi jepang (psj). di psj kami melihat suatu pemandangan persyutingan sinetron. kamera-kamera dengan sigap di handle oleh para kameramen. tak lupa sang sutradara berkali-kali memberikan perintah kepada sang aktor. para aktor dan aktris yang berdandanan menor pun siap bersandiwara di depan kamera.
ya, psj (bukan rsj) memang tempat yang cukup sering dipakai untuk syuting. setelah dipikir-pikir, memang struktur gedung psj cukup cocok untuk menipu mata penonton sinetron di rumah. kalau anglenya kameranya tepat, psj bisa terlihat sebagai sebuah sma papan atas yang asri.
psj sendiri bertetanggaan dengan fakultas ilmu budaya (fib). anak-anak fib biasanya punya satu gawean besar yang diadakan d psj, namanya Gelar Jepang (gejep). nama kegiatan gejep pun dari tahun ke tahun terus berubah-ubah, tapi esensinya tetap sama, gejep. tingkat keseruan acara dari gejep ini pun dari tahun ke tahun terus meningkat. antusiasme para hadirin gejep juga terus meningkat. yah, kalau sekarang gak tau ya, tapi waktu saya masih aktif nge-gejep sih begitu adanya.
beberapa segmen acara yang seru yang pernah saya datangi adalah eksebisi permainan Go (kalo di Cina dikenal sebagai Wei Qi), kontes komik, konser band aliran j-rock, dan pastinya... Bon Adori Festival. semangat kejepang-jepangan yang membara dalam diri ini lumayan tersalurkan.
kunjungan hari itu ke mantan kampus cukup menarik memori masa lalu yang cukup seru. tetiba saja, saya berasa lebih muda 2,5 tahun. saya berasa lebih enerjik dan bergairah (haiyah). saran saya kepada pembaca sekalian, kalau lagi bosen hidup, lebih baik refreshing ke tempat-tempat yang bisa mengingatkan kenangan yang indah. dan hindarilah tempat-tempat yang malahan bisa mendorong anda bunuh diri.
Salam PSJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar