10 Juli 2012

FB FBB HNW JW HS AN

Ahad kemarin, saya mendapat undangan sunatan anak kakak saya. di rumahnya yang di salah satu kampung di jakarta itu saya kebetulan bertemu dengan saudara-saudara saya yang lain. sambil bersantap nasi kuah, kami mengobrol seputar pilkada dki.

dari obrolan-obrolan tersebut, tahulah saya akhirnya bahwa dia mendukung FB. agak heran saya, karena sebagai sesama almamater fakultas seharusnya dia minimal mendukung FBB. tapi berhubung ini negara demokrasi, ya sebenarnya bebas-bebas aja kita nentuin pilihan.

tentu ada yang mikir, kok masih ada orang yang milih FB, apa gak mikir? apa gak pake rasio? kalau menurut saya justru sejumlah orang mau memilih FB karena alasan yang sangat logis. dengan terpilihnya FB, maka kongkalikong bisnis mereka akan terjamin keberlangsungannya.

bukan rahasia umum kalau ada sejumlah pebisnis yang memiliki relasi khusus dengan oknum pegawai pemda. pebisnis model ini kalau ada di dki, ya hubungan khususnya juga harus dibuat dengan oknum pegawai pemda dki. dari oknum pegawai inilah sang pebisnis bisa mendapat bocoran ke depannya bakal ada proyek apa saja.

untuk memastikan menang proyek, sang pebisnis harus meng-entertain sang oknum pegawai pemda. entertain tersebut tentunya tidak memastikan bahwa proyek tersebut akan tereksekusi. pun entertain itu tidak memastikan bahwa sang pebisnis itulah yang akan memenangkan proyek. tapi entertain tersebut tentunya memperbesar probabilitas jika proyek tersebut masuk ke perencanaan kegiatan, dieksekusi dan akhirnya di open tender kan.

nah, saudara saya yang satu itu kebetulan sekarang ada di pihak sang pebisnis, jadi anak buahnya lah. dan kebetulan sang pebisnis sudah punya relasi khusus dengan oknum pegawai pemda dki. jadi secara logika finansial, sangat masuk akal bahwa saudara saya tersebut mendukung penuh FB. rasional.

coba bayangkan kalau yang dipilih adalah FBB, maka proyek-proyek sang pebisnis (dan oknum pegawai pemda) bisa ludes. jauh-jauh hari FBB bilang bahwa dia ogah bikin proyek-proyek fisik macam bikin jalan tol, de el el. sama judulnya kalau yang jadi gubernur adalah HNW atauapun JW. doi berdua adalah orang jujur yang punya track record mampu ngendaliin anak buahnya.

banyak yang bilang HNW, sebagai cagub gak pernah mimpin lembaga eksekutif. kalau kita menyempitkan definisi lembaga eksekutif itu hanya pemerintah saja, maka mungkin bisa jadi itu benar. tapi jangan lupa, HNW itu pernah ngejabat posisi presiden! presiden partai lebih lengkapnya. sebagai presiden partai ia kendalikan jalannya "pemerintahan" partai dengan baik. hasilnya bisa dilihat di pemilu 2004. partainya berhasil menjadi partai yang bersih dan berorientasi pada masyarakat luas (walau setelah dia tinggal, jadinya partainya babak belur juga).

klo JW gak perlu lagi lah saya bahas disini. udah banyak media yang nyanjung dia. secara pencitraan udah bagus banget si JW. makanya si FB abis-abisan ngeluarin propaganda njatuhin JW. yah, gak cuma JW sih, media yang berhasil dibeli oleh FB gak ada satupun yang ngeliput dan mpromosiin HNW dan FBB.

jadi sekali lagi, siapapun pilihan kita, itu balik lagi ke kita. selalu ada alasan rasional untuk memilih calon manapun, termasuk milih FB. terlepas dari alasan rasional finansial sekalipun, tetap saja itu rasional. selama pemilu berlangsung secara jujur adil, ya gak masalah. mengingat kata-kata teman saya akew "namanya juga demokrasi, bebas-bebas aja milih".

2 komentar:

  1. gw bingung deh Al dengan definisi pencitraan saat ini..knp konotasinya negative yah? kalo gw teliti dari interview2 Jokowi,, beliau gak melakukan pencitraan sama sekali menurut gw. Pernah suatu ketika dy diwawancarain Najwa Shihab (waktu itu dy msh jd walikota) dy ditanya tentang knp dy g pernah mau nerima gaji jadi walikota.."ekspresi mukanya sangat malu dan dy bilang dia males banget ngebahas ttg itu dan entah kenapa berita itu bisa beredar di masyarakat, tapi berhubung si najwanya ngedesek terus buat dy cerita (as usual), Jokowi akhirnya cerita deh..
    menurut gw org yang sifatnya lapangan kyk jokowi memang banyak action, cuma berhubung dy skrg pejabat publik,,banyak org yg menganggap itu pencitraan..well semoga public lebih pintar dalam menilai mana hal yang dianggap pencitraan dan mana yang dianggap bukan pencitraan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ni, akew pernah berpetuah ke gua, bahwa kata-kata itu netral, tapi diri kitalah yang mempersepsikannya jadi positif dan negatif. termasuk di dalamnya kata "pencitraan". JW dalam hal ini sudah tercitrakan dengan sangat baik, nyaris tanpa cela. dan itu sah-sah aja. orang baik, emang harus membuat pencitraan yang baik. jangan kayak banyak orang baik diluar sana yang tercitrakan tidak baik.

      benar, publik memang sudah cerdas. makanya setiap pencitraan itu sebenarnya bisa kita konfirmasi sendiri dengan fakta-fakta dilapangan. ada internet. kalo kita gak percaya ama media mainstream, sekarang banyak kok tulisan-tulisan non mainstream yang beredar. jadi yang namanya pencitraan (yang dilakukan dengan sengaja oleh ybs, atau orang lain) itu kalo sejalan dengan fakta di lapangan namanya jadi integritas.

      akhir kata, gw mau ngutip adagium seorang pemikir terkenal asal Kranji.

      "yah, namanya juga demokrasi.. bebas bebas aja milih.."(Akew, 201x)

      Hapus