24 September 2012

Sang Pedagang Nelangsa

pada suatu malam, saya dan istri saya sedang berkencan di kawasan cempaka putih. kami memilih untuk bersantap malam di sebuah kedai mie ayam pinggir jalan. meskipun hitungannya makan di emperan, tapi buat saya situasi romantisnya tetap bisa didapatlah.

ketika sedang asik menunggu pesanan jadi, kami dihampiri oleh seorang pria tengah baya. pria tersebut bertampang sangat nelangsa, seperti seluruh beban hidup dunia ini tertimpa di pundaknya. dia berpakaian agak lusuh, berkemeja, dan terkesan merupakan orang kampung yang kikuk karena baru saja hidup di kota.

ternyata dia mencoba menawarkan barang dagangannya, semacam tas go green gitu dan sejumlah tissue. istri saya yang tampaknya terenyuh hampir saja membeli barang dagangannya. namun tangan saya sigap menahan istri saya. "gak usah" ucap saya pelan.

entah kenapa seketika saja saya menahan istri saya dari berbuat "baik". jamak bagi kebanyakan orang untuk membeli dagangan orang yang tampak nelangsa untuk sedikit meringankan beban hidup orang tersebut. namun insting saya mengatakan dia bukan orang yang pantas dikasihani.

sejenak saya berpikir, alangkah kejamnya saya. "biarin!" celetuk alter-ego saya. dengan sedikit perasaan menyesal saya bertekad untuk shodaqoh untuk mengkompensasi kekejaman saya hari ini.

menit-menit pun berlalu. karena pesanan makanannya tak kunjung tersedia, istri saya berinisiatif untuk pergi ke mini market terdekat untuk membeli air mineral. saya perhatikan dari tempat saya nongkrong, "sang pedagang nelangsa" itupun juga masuk ke mini market tersebut. "keren juga dia, belanjanya di mini market" ucap saya dalam hati.

setelah selesai belanja, istri saya langsung menghampiri saya, tampak ingin melaporkan sesuatu. "abiii!!! si pedagang tadi ternyata tajir biii!!!" ucapnya. menurut penuturan istri saya, "sang pedagang nelangsa" tersebut sempat menghitung uangnya di dalam mini market. tampak beberapa helai uang seratus ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan dia tata ulang di dompetnya.

istri saya syok, karena dia sendiripun cuma membawa uang sehelai lima puluh ribu. gambaran pedagang yang tampak susah sekali hidupnya itu langsung sirna di mata istri saya. dan kalau istri saya syok, saya sampai tahap jengkel berat. karena waktu lagi kencan itu, saya sebenarnya cuma bawa uang dua puluh ribu, dan sebenarnya lagi minta ditraktir istri saya.

menurut penuturan pedagang mie ayam di tempat kami nongkrong, ternyata "sang pedagang nelangsa" itu sering sekali nongkrong di kawasan sekitar cempaka putih. setiap malam, menurut tukang mie ayam, dia bisa mendapatkan uang ratusan ribu rupiah.

prejudice awal saya adalah "sang pedagang nelangsa" tersebut sengaja mengeksploitir kenelangsaannya untuk mendapatkan simpati calon pembeli. simpati ini kemudian berbanding lurus terhadap peningkatan sales si pedagang. agak tricky juga ya.. kampret..

kisah di atas memuat banyak hikmah. hikmah yang paling nyata kelihatan adalah "don't judge the book by the cover". muka nelangsa belum tentu hidupnya nelangsa, bisa jadi hidupnya lebih bahagia.

hikmah berikutnya adalah kalau mau beli barang, gak usahlah pake iba-ibaan. kalau emang mau sekalian sedekah, saya sarankan jangan pasang prejudice. jangan pake pasang prasangka macam "jangan-jangan dia nelangsa boong2an nih". kalo pasang prasangka, gak jadi-jadi lu beramal, rugi sendiri.

saya pribadi sih punya rules tersendiri buat sedekah. saya lebih prefer ngasih makanan/minuman ke pengemis. ke anak kecil yang minta-minta, saya gak pernah kasih duit, saya prefer kasih susu kotak yang kecil. terus kalau pun mau ngasih duit ke tukang minta-minta, saya terminate segala macam prejudice di otak saya.

pengalaman yang saya tulis di atas bisa jadi kasuistis. dan saya minta ke teman-teman sekalian jangan juga nge-judge pedagang yang bertampang nelangsa itu sedang mengeksploitasi kenelangsaannya. tapi harap diambil pelajaran buat kita, kalau kita berdagang, gak usah lah minta dikasihanin buat dibeli barangnya. karena percaya aja dah, rezeki itu Allah yang ngasih.

selamat mencari rezeki teman-teman.. salam senin pagi!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar